Selasa, 15 November 2016

Memakmurkan Nelayan Dan Masyarakat Pesisir Untuk Mengembalikan Kejayaan Bahari Indonesia

Masyarakat pesisir, khususnya nelayan, melekat imej miskin, kumuh, bau ikan, dan berpendidikan rendah. Di negeri yang lebih dari 67% wilayahnya lautan dan memiliki sejarah panjang pernah berjaya sebagai negeri maritim, kondisi ini lebih dari memprihatinkan.  Sehingga, jika saya diberi amanah oleh Tuhan untuk menjadi seorang menteri kelautan saya akan membangun kembali kejayaan bahari Indonesia pertama-tama dengan mengangkat kesejahteraan masyarakat pesisir, khususnya nelayan.

Memakmurkan nelayan memang bukan misi yang mudah dan sederhana. Ada jalan terjal yang harus dilalui. Butuh proses dan kerja keras dengan rencana matang untuk mewujudkannya. Tapi seperti ujaran pepatah tiongkok, perjalanan satu mil selalu diawali dengan satu langkah kaki.

Konstruksi pertama yang akan saya lakukan adalah, usaha meningkatkan hasil tangkap nelayan, untuk perikanan tangkap dan meningkatkan produksi untuk produk non tangkapan seperti rumput laut atau tambak ikan laut. Saya akan bekerja sama dengan dunia perbankan, langsung berhubungan dengan direktur Bank Indonesia untuk merombak aturan perbankan agar berpihak kepada nelayan.

Salah satu tugas patriot bank adalah memacu ekonomi riil agar bergerak. Untuk itu bank harus terlibat dalam usaha-usaha perikanan secara aktif, bukan hanya bertindak sebagai kreditor yang menanamkan uang dengan bunga tertentu.

Skemanya adalah, bank memberikan modal berupa kapal yang representatif sehingga nelayan melaut lebih jauh, alat-alat penangkapan, bahan bakar, dan lain sebagainya untuk digunakan nelayan. Hasil tangkapan nelayan akan menjadi milik bank, setelah dijual, nelayan akan memperoleh bagi hasil dan sebagian digunakan untuk cicilan pembelian kapal, sehingga setelah tahun tertentu kapal menjadi milik nelayan. Sebagai catatan baik kapal, alat-alat tangkap mau pun nelayan wajib terdaftar di asuransi saat beroperasi untuk menjaga dari hal yang tidak diinginkan.

Tetapi, meningkatkan hasil produksi perikanan tanpa menyiapkan pihak yang akan membeli atau menampung produk tentunya sia-sia. Untuk itu, langkah kedua adalah saya bekerjasama dengan pihak swasta dan menteri Pekerjaan Umum untuk membangun gudang-gudang ikan berpendingin di sekitar pelabuhan perikanan. Gudang ikan ini akan menjadi tempat memilah ikan-ikan sesuai kualitas dan pasar. Dari gudang-gudang ikan ini dibangun jalur distribusi ke pasar-pasar ikan dan industri pengolahan ikan. Sehingga hasil perikanan yang hanya sebentar berada di gudang, dan langsung bisa dikirim ke pasar dan pabrik pengolahan ikan. Saya akan membangun kerjasama dengan kawasan-kawasan Industri dan investor bidang perikanan agar pabrik pengolahan ikan bisa memiliki kemudahan khusus membangun pabriknya. Pabrik-pabrik pengolahan ini akan didorong untuk memasarkan hasil olahan ikan-nya ke negara tetangga, eropa, dan seluruh dunia pada umumnya.

Jika tadi adalah konsep di hulu, di industri hilir yang langsung berhubungan dengan konsumen saya akan bekerjasama dengan kementerian BUMN agar ikan yang berlimpah di pasar domestik bisa cepat diserap. Sebagai menteri kelautan saya akan mendorong Kementrian BUMN mendirikan perusahaan fast food Mc-Iwak atau Mc-Lauk yang khusus memasarkan produk makanan siap saji dari bahan ikan. Sekaligus membangun budaya “gemar makan ikan” dari perkotaan.

Saya akan membajak talenta Indonesia yang mengelola restoran cepat saji luar negeri untuk berperan dalam pembangunan bangsa dengan menjadi CEO atau duduk di kursi manajemen Mc-Iwak. Di saat yang sama, saya juga akan mengadakan lomba membuat resep masakan ikan cepat saji khas Indonesia, yang nantinya akan digunakan sebagai menu-menu andalan dalam restoran cepat saji Mc-Iwak.

Mc-Iwak harus melebihi Mc dari Amerika yang jualan daging dan sayur ditutupi roti. Untuk itu sebagai langkah awal Mc-Iwak harus ada di tiap kota besar Indonesia, sebelum memiliki gerai di setiap mall. Seperti pizza, ayam goreng tepung atau burger yang berasal dari luar negeri dan mendirikan restoran di negara kita, setelah tumbuh Mc-Iwak akan melakukan ekspansi ke luar negeri membawa brand Indonesia melalui “gemar makan ikan” di luar negeri.

Memasyarakatkan “gemar makan ikan“ di pedesaan dan masyarakat strata menengah ke bawah akan saya dukung dengan mendirikan pasar-pasar ikan mini di setiap kecamatan atau bahkan jika perlu di setiap desa. Pasar ikan ini dipasok langsung dari gudang ikan di pelabuhan ikan terdekat. Seperti tadi saya ungkapkan di atas, selain jalur distribusi perikanan, saya juga akan menyiapkan armada angkutan perikanan berpendingin guna memperlancar pendistribusian ikan-ikan hasil tangkapan ke pasar-pasar tadi.

Bagaimana dengan kelestarian lingkungan laut? Dalam visi saya, kelestarian lingkungan laut berjalan bersisian dan seirama dengan wisata bahari. Karena hanya alam yang asri, terjaga dan indah yang bisa dijual sebagai obyek wisata.

Indonesia kaya dengan daerah yang memiliki keindahan alam memukau. Sulit sekali untuk menjual semuanya, bukan karena kalah indah dibanding obyek wisata negara lain tetapi karena terlalu banyak yang indah sehingga tidak terurus dan tidak terkelola dengan baik. Untuk itu langkah Kemenko Maritim baru-baru ini dengan mencanangkan beberapa daerah wisata bahari unggulan merupakan langkah yang paling tepat.

Demi lingkungan, bukan kuantitas kunjungan wisatawan yang kita kejar, tetapi kualitas. Ada daerah-daerah tertentu yang boleh menerima kunjungan wisatawan sebanyak-banyaknya, tetapi ada juga daerah yang hanya menerima kunjungan wisatawan secara terbatas demi menjaga kelestarian lingkungannya.

Untuk mewujudkan misi itu saya akan bekerjasama dengan event organizer terbaik untuk menggandeng investor menjual wisata unik, inovatif dan khas di setiap daerah yang berbeda. Misal, wisata renang bersama hiu, wisata renang bersama pari manta, menginap di pulau dengan penginapan di pohon kelapa, melintasi jembatan kaca yang dibawahnya ada terumbu karang, jembatan tali yang menjuntai di atas hutan mangrove, wisata budaya bahari nan unik, dan lain sebagainya.

Seluruh kegiatan wisata tersebut dirancang agar masyarakat setempat terlibat aktif dan memperoleh keuntungan dan dampak positif terbesar. Jangan sampai masyarakat setempat hanya menjadi pedagang asongan dan penonton pembangunan di daerahnya sendiri. Sehingga masyarakat merasakan bahwa kelestarian dan keindahan alam di dekat rumah mereka adalah asset dan terdorong untuk turut bergerak menjaga lingkungan tempat mereka hidup.

Agar berdaulat di laut sendiri, Indonesia harus memakmurkan masyarakat pesisir dan nelayan karena merekalah sejatinya pemilik sekaligus motor penggerak dunia kelautan. Dan itu hanya bisa diwujudkan dengan membangun industri perikanan serta pariwisata yang terintegrasi, dari hulu ke hilir, sampai pemasaran ke konsumen. Usaha-usaha itulah yang akan saya kerjakan jika menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan.



Bogor, 15 November 2016
Ditulis Untuk Lomba Menulis Fisheries and Marine Essay Competition 2016